Schneider Electric mengumumkan temuan survei Tech Research Asia (TRA) tentang edge computing di Asia Pasifik.
Laporan tersebut mencakup berbagai insight dari 15 Chief Information Officers (CIO) dan 1.100 pimpinan
sektor teknologi informasi (TI) di berbagai industri.
Adapun konteks dari survei tersebut membahas keadaan TI pada
era sekarang, tujuan dan penggunaan edge
computing, serta panduan di masa mendatang. Laporan ini juga membahas insight terhadap edge computing pada lima segmen industri secara lebih mendalam.
Director TRA, Trevor Clarke mengatakan bahwa sebagian besar
organisasi di Asia Pasifik dalam beberapa tahun mendatang akan merasakan
kekuatan edge computing.
Baca juga: Demi Kelancaran Operasi Pabrik, Industri Wajib Manfaatkan Industrial Edge Computing
“Meskipun tidak semua orang akan menggunakan istilah ‘edge’, tetapi mereka benar-benar
membutuhkan situs dan kapabilitas edge
untuk dapat berhasil diterapkan," tambahnya.
Survei tersebut terdiri dari penelitian ekstensif dan
wawancara mendalam dengan responden di berbagai industri dari Australia,
Jepang, Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Korea Selatan,
Filipina, dan Taiwan.
Senior Vice President Schneider Electric untuk Asia Timur
dan Jepang, Benoit Dubarle mengatakan, laporan terbaru TRA menunjukkan alasan
utama para pemimpin TI mengadopsi edge
computing adalah untuk mengatasi masalah bandwidth dan latensi.
“Hal ini menunjukkan fakta lebih lanjut terkait manfaat signifikan
dalam menerapkan solusi edge dalam
lingkungan bisnis saat ini di mana kecepatan dan efisiensi yang lebih tinggi
menjadi keunggulan kompetitif,” ucap Benoit.
Adopsi edge computing
Terkait adopsi pasar, sekitar 28 persen pemimpin TI di kawasan Asia Pasifik menyatakan bahwa mereka memanfaatkan edge computing di berbagai lokasi dengan tambahan pengguna baru sebanyak 38 persen dalam 24 bulan ke depan. Hal ini juga diharapkan dapat mendorong peningkatan jumlah lokasi dari rata-rata 7 lokasi menjadi 11 lokasi.
Sebanyak 39 persen responden perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa mereka sudah mengadopsi edge computing. Sedangkan sekitar 40 persen lainnya u baru mengenal, tetapi memahami konsepnya.
Adapun beberapa tujuan utama pemanfaatan edge computing bagi perusahaan, di antaranya:
- Solusi edge memberikan pengalaman yang lebih baik dan memungkinkan pelanggan mengakses data dan aplikasi dengan lebih aman dan cepat.
- Dapat mengurangi latensi dan memungkinkan karyawan menjadi lebih produktif, salah satunya melalui pemanfaatan teknologi IoT terbaru yang menekankan pada fungsionalitas.
- Memungkinkan pemeliharaan peralatan dan mesin secara proaktif, memantau kinerja gedung dan aset, serta memastikan pemantauan keamanan CCTV secara real-time.
Secara keseluruhan, pengguna awal edge computing di Asia Pasifik melihat penurunan biaya TI dan operasional yang berdampak terhadap peningkatan bisnis yang berkisar rata-rata 5-10 persen.
Manfaat edge computing
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa 72 persen responden
yang telah mengadopsi edge computing
melihat manfaat dalam pengurangan biaya TI, diikuti dengan penurunan biaya
operasional sebanyak 46 persen dan peningkatan kepuasan pelanggan sebesar 34
persen.
Sektor pendidikan tinggi menempati urutan teratas dengan jumlah
68 persen sebagai sektor yang telah mengadopsi edge computing.
Baca juga: Tak Hanya Cloud, Perusahaan Butuh Teknologi Ini untuk Hadapi Era Industri 4.0
Demikian pula di sektor healthcare.
Sekitar setengah dari responden di industri ini menyatakan telah mengadopsi edge computing. Sejumlah 80 persennya
adalah pengguna yang sudah ada dari beberapa bentuk layanan cloud computing.
Salah satu alasan utama pemanfaatan teknologi edge computing adalah berkurangnya
masalah bandwidth dan latensi,
memenuhi kewajiban terhadap aspek keamanan, serta meningkatkan efisiensi biaya.
Di sektor layanan keuangan, preferensi terhadap komputasi edge cukup tinggi. Sebanyak 63 persen institusi layanan keuangan di Asia Pasifik menyatakan telah mengadopsi edge computing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar