Data Center Hibrida dan Edge untuk Gaya Hidup Digital Hemat Energi

Data center hibrida dan edge menjadi pilihan banyak perusahaan karena hemat energi dan ramah lingkungan

Pasar data center Indonesia diprediksi terus mengalami peningkatan permintaan volume dan kualitas layanan dari pelanggan. Hal ini seiring dengan tumbuhnya gaya hidup digital, bangunan, dan industri cerdas dengan kendali jarak jauh berbasis internet. 

Lembaga Data Center Indonesia berharap, volume data center dalam negeri bisa tumbuh dari 2,06 miliar dollar AS (setara Rp 30.920 triliun) pada 2023 menjadi 3,98 miliar dollar AS (setara Rp 59.739 triliun) pada 2028.

Angka tersebut sejalan dengan prediksi compounded annual growth rate (CAGR) atau pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 14,09 persen selama periode 2023-2028.

Baca juga: Biar Tagihan Listrik Irit, Lakukan 7 Langkah Membuat Rumah Lebih Sustainable Ini

Menjawab pesatnya pertumbuhan dan permintaan layanan data center pada pasar emerging Indonesia, Schneider Electric sebagai salah satu perusahaan yang fokus pada manajemen energi dan automasi pun menawarkan solusi data center dalam dua pilihan arsitektur, yaitu hibrida dan edge.

Solusi data center hibrida dan edge tersebut bisa diperutukkan untuk hub regional atau lokal.   

Adapun data center hibrida adalah kombinasi dari layanan lokal, cloud pribadi, dan cloud publik yang dapat dikendalikan dari jarak jauh berbasis komputasi awan (edge computing).

Edge computing tersebut mengacu pada praktik pemrosesan data di dekat sumber data. Jadi, data tidak perlu dikirim terlebih dahulu ke lokasi pusat untuk diproses karena ini bisa memakan waktu dan lebih rawan terhadap serangan siber.

Baca juga: Schneider Electric Luncurkan Panduan Dasar Dekarbonisasi untuk Perusahaan di Indonesia

Baik data center hibrida maupun edge computing dapat memperoleh manfaat dari penggunaan perangkat lunak data center infrastructure management (DCIM).

Business Vice President, Secure Power Division, Energy Management Business Schneider Electric Yana Haikal mengatakan, dengan kedua pilihan tersebut, kebutuhan data center diharapkan dapat terpenuhi secara paralel mulai dari skala kecil hingga besar.

“Harapannya agar layanan data yang penting untuk entitas bisnis, komersial, dan individu dapat dikelola dengan aman dan efisien,” katanya.

Solusi tersebut diharapkan juga dapat mendukung penggunaan energi bersih bagi semua entitas demi terwujudnya keberlanjutan atau sustainability usaha.

Baca juga: Ini Dampak Keberlanjutan Baterai Li-ion pada UPS dibandingkan dengan Aki Kering

“Termasuk yang tak kalah pentingnya adalah akses ke data dan aplikasi lainnya pada lingkungan komputasi awan atau cloud,” jelas Yana.

Data center memang harus memiliki kemampuan untuk memenuhi melonjaknya permintaan kebutuhan gaya hidup digital, bangunan, dan industri cerdas yang dapat dikendalikan dari jarak jauh berbasis komputasi awan.

Sementara itu, Ketua Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO) Hendra Suryakusuma pada kesempatan yang sama mengatakan bahwa data center menjadi infrastruktur yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Baca juga: Tak Hanya Cerdas, Teknologi Smart Home Bisa Menghindari Rumah dari Kebakaran

Terlebih dengan masifnya peningkatan jumlah industri, perusahaan, dan start-up  digital, serta migrasi data ke komputasi awan, ekspansi e-commerce, dan teknologi berbasis data lainnya. 

“Hal terpenting adalah keberlanjutan usaha dapat dicapai melalui manajemen energi berbasis inovasi, standar tertinggi, dan kolaborasi yang erat dengan pemangku kepentingan terkait agar data center berfungsi dengan efisien dan maksimal,” harap Hendra.

Solusi DCIM komprehensif yang ditawarkan oleh Schneider Electric dikenal dengan istilah EcoStruxure IT.

Perangkat lunak tersebut mendefinisikan ulang manajemen infrastruktur teknologi informasi hibrida dan membawa perangkat lunak DCIM lebih efisien, adaptif, serta tangguh dalam mencapai keberlanjutan.

Baca juga: Atasi Perubahan Iklim dengan 5 Solusi Keberlanjutan Ini

Schneider Electric mengklaim bahwa EcoStruxure IT dapat menjawab tantangan DCIM 3.0 dengan modernisasi portofolio perangkat lunak untuk pemantauan dan pengelolaan infrastruktur teknologi informasi hibrida yang semakin kompleks.

Selain itu, EcoStruxure IT menawarkan solusi analisis cerdas dengan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti.

Dengan keamanan siber bawaan, penilaian, dan kemampuan prediktif, perangkat lunak tersebut dapat memantau dan mengantisipasi risiko sekaligus mengoptimalkan infrastruktur, kinerja, dan penghematan di seluruh siklus hidup perangkat teknologi informasi.

Biar Tagihan Listrik Irit, Lakukan 7 Langkah Membuat Rumah Lebih Sustainable Ini

Rumah yang lebih sustainable membuat konsumsi energi rumah lebih sedikit dan efisien

Sadar atau tidak, saat ini rumah tangga menjadi konsumen listrik terbesar secara global di saat kita begitu membutuhkan pengurangan emisi karbon. Ya, rumah mengkonsumsi lebih banyak energi daripada yang kita pikirkan selama ini.

Energy Information Administration (EIA) melalui data International Energy Outlook 2019 menunjukkan bahwa konsumsi energi di rumah diperkirakan akan meningkat sebesar 65 persen pada tahun 2050.

Sebuah studi yang dilakukan oleh E.ON Energy juga menemukan bahwa 89 persen calon pembeli rumah menginginkan tempat tinggal yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Baca juga: Atasi Perubahan Iklim dengan 5 Solusi Keberlanjutan Ini

Namun demikian, banyak dari kita, mulai dari pemilik rumah, developer, hingga pemerintah, sedang mencari cara untuk mengurangi penggunaan energi di rumah.

Teknologi smart home memang bisa menjadi jawabannya. Namun, banyak yang mungkin bertanya apakah itu adalah sesuatu yang bisa dikelola oleh pemilik rumah secara praktis. Padahal, bila ditelisik lebih jauh, menciptakan rumah yang berkelanjutan tidak sesulit kelihatannya.

Menciptakan rumah yang lebih berkelanjutan

Ada banyak cara untuk menciptakan rumah yang lebih berkelanjutan, beberapa hal yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan sumber energi terbarukan seperti panel surya, menggunakan jendela kaca ganda, insulasi yang tepat, dan menggunakan sistem manajemen energi.

Selain itu, efisiensi rumah juga bergantung pada desain arsitektur berkelanjutan, bahan bangunan, dan teknik konstruksi. Lebih dari itu, ada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan untuk membuat rumah menjadi lebih berkelanjutan.

1. Cukup ventilasi cahaya

Rumah yang memiliki ventilasi cahaya yang cukup akan mengurangi penggunaan lampu di siang hari. Tentu hal ini akan mengurangi konsumsi energi rumah dan membuat rumah menjadi lebih sustainable.

Selain itu, cahaya alami matahari yang masuk ke rumah juga bermanfaat dari sisi kesehatan. Sinar matahari pagi mengandung vitamin D yang untuk meningkatkan imunitas tubuh dan menjaga kesehatan kulit.

2. Pemakaian jendela sesuai letak geografis

Begitu banyak energi yang hilang di rumah hilang melalui jendela. Teknologi baru seperti kaca ganda, pelapis khusus, dan bingkai non-konduktif bisa menjadi pertimbangan saat membangun rumah yang berkelanjutan.

Selain itu, Anda dapat memilih jendela sesuai dengan iklim tempat tinggal Anda. Daerah yang lebih hangat mendapat manfaat secara signifikan dari jendela dengan penguatan matahari rendah dan kaca ganda, sedangkan iklim yang relatif lebih dingin bisa memanfaatkan bingkai berinsulasi, kaca rangkap tiga, dan desain bebas angin.

Baca juga: Schneider Electric Luncurkan Panduan Dasar Dekarbonisasi untuk Perusahaan di Indonesia

3. Peralatan elektronik hemat energi

Saat melengkapi perabot untuk rumah berkelanjutan baru Anda, pertimbangkanlah secara jangka panjang. Peralatan elektronik hemat energi mungkin lebih mahal pada saat pembelian pertama, tetapi bisa menghemat lebih banyak pengeluaran dalam jangka panjang. Berikan perhatian khusus pada sistem pemanas sentral, binatu, dan peralatan dapur Anda.

4. Solusi energi terbarukan

Sumber energi terbarukan seperti matahari adalah salah satu cara utama pemilik rumah mencapai tujuan keberlanjutan mereka. Panel surya memiliki dampak positif paling signifikan pada rumah dan cara hidup Anda.

Energi bersih dan terbarukan dapat memberi daya/energi pada semua atau sebagian rumah. Tentu hal ini akan bermanfaat bagi lingkungan dan menghemat tagihan listrik.

5. Penggunaan kembali limbah konstruksi

Saat membangun, lakukan daur ulang limbah konstruksi jika memungkinkan. Pertimbangkan pula sumber daya apa yang dapat disimpan dan digunakan di kemudian hari.

Bahan bangunan yang masih memiliki nilai jual dapat Anda manfaatkan sebagai alternatif dibadingkan harus dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Baca juga: Ini Dampak Keberlanjutan Baterai Li-ion pada UPS dibandingkan dengan Aki Kering

6. Bahan ramah lingkungan

Salah satu komponen terpenting dari rumah berkelanjutan adalah isolasi rumah baru. Isolasi yang baik akan menjaga udara hangat di musim hujan dan udara panas di musim kemarau. Isolasi bangunan juga dapat mengurangi kebutuhan akan alat pendingin ruangan sehingga meningkatkan efisiensi energi rumah.

7. Sistem manajemen energi rumah pintar

Seiring dengan langkah-langkah di atas, berinvestasi dalam sistem manajemen energi rumah yang efektif dan efisien adalah cara yang bijaksana untuk menciptakan rumah yang berkelanjutan.

Solusi artificial intelligence dari Schneider Electric, Wiser sebagai manajemen energi rumah pintar bisa menjadi solusi. Pasalnya, pemilik rumah dapat memprogram distribusi energi di sekitar rumah secara efisien dengan Wiser.

Pemprograman tersebut memungkinkan energi surya dapat lebih maksimum dengan menyesuaikan beban berat untuk dikonsumsi saat produksi surya mencapai puncaknya.

Wiser juga memiliki baterai terintegrasi untuk menyimpan tenaga surya saat sinar matahari tidak ada. Solusi cerdas ini membantu pemilik rumah menghemat biaya dengan menggunakan lebih banyak energi surya.

Baca juga: Tak Hanya Cerdas, Teknologi Smart Home Bisa Menghindari Rumah dari Kebakaran

Wiser dari Schneider Electric juga memastikan bahwa energi yang dikonsumsi dari jaringan kemungkinan besar berada di slot tarif rendah untuk meminimalisasi tagihan energi.

Permintaan energi yang meningkat dan perubahan iklim mungkin membuat Anda bertanya-tanya apakah rumah Anda cukup ramah lingkungan.

Sistem manajemen energi rumah Schneider Electric dapat secara signifikan meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan rumah.

Menciptakan rumah yang berkelanjutan tidak harus sulit; ada langkah-langkah sederhana yang dapat Anda ambil sekarang. Ketahui lebih banyak tentang apa yang dapat kita lakukan bersama untuk mewujudkan rumah hemat energi (net-zero homes).

Schneider Electric Luncurkan Panduan Dasar Dekarbonisasi untuk Perusahaan di Indonesia

Melakukan dekarbonisasi bagaikan menyatukan puzzle-puzzle tentang tindakan pemerintah dan swasta ke depannya terkait menjalankan model bisnis mereka

Selama beberapa tahun terakhir, satu per satu korporasi mulai menyatakan komitmen iklimnya dalam hal dekarbonisasi sebagai bentuk tanggung jawab sekaligus upayanya dalam memenuhi desakan publik dan investor yang semakin beralih pada penerapan prinsip sustainability.

Hasil penelitian Schneider Electric terhadap para eksekutif C-level dan tenaga profesional di bidang energi dan sustainability pada 2021 menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan terkemuka dapat mengidentifikasi risiko iklim dan membuat rencana dengan cepat untuk memitigasi risiko terhadap bisnis mereka.

Namun, ternyata baru 21 persen dari responden tersebut yang menganggap bahwa perusahaannya telah lebih maju dalam penerapan sustainability dengan mengadaptasi model bisnisnya agar semakin responsif terhadap lingkungan dan sosial.

Baca juga: Solusi Tepercaya EcoStruxure Building Schneider Electric Dapat Akreditasi WiredScore

Selain itu, hanya 7 persen perusahaan yang sudah mentransformasi model bisnisnya.

Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, perusahaan perlu melakukan lebih dari sekadar membuat perubahan pada produk atau proses yang terkotak-kotakan.

“Transformasi yang sesungguhnya adalah bagaimana perusahaan mengubah model bisnisnya agar dapat mencapai dekarbonisasi dan memastikan bisnisnya memiliki resistensi tinggi terhadap kondisi apapun,” kata Roberto

Untuk mewujudkannya, lanjut Roberto, dibutuhkan keterlibatan seluruh internal perusahaan dan kolaborasi lintas fungsi.

Baca juga: Ini Dampak Keberlanjutan Baterai Li-ion pada UPS dibandingkan dengan Aki Kering

“Eksekutif C-level harus memastikan target dekarbonisasi dapat diwujudkan dengan realistis dengan roadmap yang terukur, serta mendapatkan dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan internal dan rantai suplainya,” imbuh Roberto.

Kesalahan atau tantangan yang sering kali ditemui, tetapi sesungguhnya menentukan dalam upaya mencapai target dekarbonisasi perusahaan adalah ketepatan dalam menetapkan formula 2W1H, yaitu whatwhen, dan how. 

Untuk membantu perusahaan dalam menetapkan dan menjalankan aksi iklimnya, Schneider Electric membuat Panduan Dasar Dekarbonisasi: Basic-Better-Best yang dapat diakses tanpa biaya.

Baca juga: Tak Hanya Cerdas, Teknologi Smart Home Bisa Menghindari Rumah dari Kebakaran

Panduan dasar dekarbonisasi tersebut merupakan bagian dari inisiatif Green Heroes for Life (GHfL) yang digalakkan Schneider Electric. Inisiatif ini merupakan upaya nyata kami menjalankan komitmen sebagai impact company,” jelas Roberto.

Komitmen tersebut nantinya dapat membangun supporting ecosystem yang bisa memfasilitasi terwujudnya percepatan aksi iklim melalui aksi kolektif antara sektor swasta dan publik. 

“Dengan pengalaman global lebih dari 15 tahun dalam menjalankan praktik sustainability, kami ingin membagikan pengetahuan dan menciptakan kolaborasi yang memudahkan dimulainya perjalanan sustainability dengan aksi iklim yang terencana dan terukur,” ucap Roberto.

Baca juga: Atasi Perubahan Iklim dengan 5 Solusi Keberlanjutan Ini

Panduan dasar dekarbonisasi dari Schneider Electric membagi tujuan-tujuan dekarbonisasi ke dalam tiga tingkat indikatif, yaitu dasar (basic), lebih baik (better), dan terbaik (best). 

Panduan tersebut memberikan rekomendasi langkah-langkah yang dibutuhkan dari masing-masing tingkatan, mencakup lingkup komitmen, strategi komunikasi, komponen pelaporan, dan langkah-langkah aksi yang dibutuhkan, mulai dari langkah efisiensi, pengadaan energi terbarukan, offsetting, pembiayaan, hingga identifikasi risiko iklim dalam kegiatan operasional.

“Panduan dasar dekarbonisasi dari Schneider Electric telah teruji dan dipraktikan oleh internal perusahaan dan klien global kami,” kata Roberto.

Panduan ini ditujukan untuk memberikan gambaran umum bagi eksekutif C-level serta profesional energi dan sustainability dalam mempertimbangkan target dan aspek-aspek yang dibutuhkan dalam pembuatan roadmap yang tepat.

Baca juga: Pabrik Pintar Schneider Electric Kembali Dapat Apresiasi dari Pemerintah Indonesia

Panduan tersebut juga diperuntukkan bagi tiap tingkatan baik perusahaan yang merupakan pendatang baru dalam lanskap aksi iklim maupun ingin memulai langkah sederhana, pendatang baru yang ambisius yang ingin melompati rekan-rekannya dan para pesaingnya, atau perusahaan yang sudah mapan yang ingin mendorong batas-batas transformasi bisnis yang berkelanjutan.

Panduan ini menyediakan apa yang dibutuhkan perusahaan untuk menyelaraskan ambisi dan aksi iklimnya. Tidak hanya itu, perusahan juga dapat berkonsultasi dengan tim Sustainability Business Service kami untuk merencanakan roadmap yang lebih spesifik.

Sebagai informasi, kepemimpinan Schneider Electric dalam praktik sustainability telah banyak memperoleh pengakuan global. Awal tahun 2023, Schneider Electric mendapatkan penghargaan Corporate Knights Global 100 of Most Sustainable Corporations in the World untuk ke-12 kalinya secara berturut-turut. 

Sebelumnya, Schneider Electric juga mendapatkan peringkat tertinggi dalam bidang lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan atau environmental social and governance (ESG) dari Standard & Poor's, CDP, dan Moody's ESG Solutions atas dampak keberlanjutan dan praktik-praktik terbaiknya.