Ini Dampak Keberlanjutan Baterai Li-ion pada UPS dibandingkan dengan Aki Kering

Baterai lithium-ion lebih baik dibandingkan aki kering dari segi dampak keberlanjutan

Secara keseluruhan, dalam siklus masa pakainya, baterai lithium-ion (li-ion) memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan baterai valve-regulated lead-acid (VRLA) atau dikenal dengan aki kering

Kendati demikian, baterai lithium-ion tetap memiliki dampak terhadap lingkungan yang perlu diantisipasi.

Informasi tersebut didapatkan dari studi yang dilakukan oleh Schneider Electric yang dilaporkan pada white paper berjudul “Understanding the Total Sustainability Impact of Li-ion UPS Batteries”.

Studi tersebut juga mengupas setiap bagian dari siklus hidup baterai li-ion yang dibagi dalam tiga fase utama, mulai dari rantai pasokan, pengoperasian, hingga akhir masa pakai.

Baca juga: Solusi Tepercaya EcoStruxure Building Schneider Electric Dapat Akreditasi WiredScore

Business Vice President Secure Power Schneider Electric Indonesia and Timor Leste Yana Achmad Haikal mengatakan bahwa pasar baterai li-ion terus berkembang dan diperkirakan akan terus tumbuh selama beberapa tahun mendatang, dengan compounded annual growth rate (CAGR) sebesar 12,3 persen pada periode 2021-2030.

“Peningkatan ini, sebagian, merupakan hasil dari booming pasar kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) karena ukurannya yang kecil, bobot ringan, dan  masa pakai yang lebih lama. Mengingat kelebihan yang dimiliki, baterai li-ion juga mulai banyak digunakan pada uninterruptible power supply (UPS) sebagai pengganti baterai VRLA,” kata Yana. 

Baca juga: Tak Hanya Cerdas, Teknologi Smart Home Bisa Menghindari Rumah dari Kebakaran

Namun, banyak yang mempertanyakan tentang masalah lingkungan yang diakibatkan dari baterai li-ion. Kekhawatiran juga dirasakan oleh manajemen data center dan professional teknologi informasi akan dampaknya terhadap pencapaian tujuan keberlanjutan perusahaan mereka.

Kekhawatiran terhadap bahan material yang digunakan, intensitas karbon berlebih, keamanan selama pengangkutan dan penggunaan, serta ketidakpastian mengenai pengolahan limbah baterai menjadi beberapa faktor yang banyak menjadi perhatian.

“Dalam white paper ini, kami mencoba menelusuri secara holistik dampak baterai li-ion mulai dari hulu ke hilir hingga di akhir masa pakainya,. Harapannya, data pada white paper ini bisa memberikan gambaran dari sudut pandang berbeda,” lanjut Yana.

Rantai Pasokan

Banyak pertanyaan anggapan kurang tepat yang muncul terkait rantai pasokan, termasuk ekstraksi bahan mentah, proses pembuatannya, dan kemudian distribusi atau pengangkutan baterai.

1. Ekstraksi bahan baku

Terdapat anggapan umum bahwa penambangan baterai li-ion untuk mendapatkan litium saat ini (vs. VRLA yang sebagian besar menggunakan timah daur ulang) memberikan dampak lebih buruk bagi lingkungan.

Namun, bila menelisik ekstraksi bahan mentah, maka ada tiga pertimbangan utama yang mendorong dampak lingkungan, yaitu: (1) toksisitas proses, (2) keamanan dan etika praktik penambangan, dan (3) jumlah material yang dibutuhkan.

Dalam white paper ini, akan dijelaskan bagaimana massa material yang lebih kecil dan penurunan toksisitas li-ion yang signifikan menghasilkan dampak lingkungan yang lebih rendah secara keseluruhan dalam tahapan eksplorasi sumber material.

2. Proses manufaktur

Anggapan umum yang kurang tepat adalah informasi kompleksitas sistem baterai li-ion terkait komponen yang dibutuhkan untuk menunjang keamanannya (seperti sistem manajemen baterai dan switchgear), menjadi tolak ukur bahwa baterai ini memiliki dampak lingkungan yang lebih besar selama pembuatan.

Baca juga: Atasi Perubahan Iklim dengan 5 Solusi Keberlanjutan Ini

Namun, melihat instalasi dan masa pakai, baterai li-ion memiliki masa pakai yang lebih lama dibandingkan dengan baterai VRLA dengan perbandingan 1 : 1+2 baterai pengganti dalam kurun waktu 10 tahun.

Dengan pertimbangan itu, maka dampak lingkungan dari pembuatan baterai li-ion lebih rendah dibandingkan baterai VRLA.

3. Distribusi dan transportasi

Sering kali, ada kekhawatiran tentang keselamatan yang diangkat terkait topik ini. Memang benar bahwa peraturan dan proses seputar pengiriman li-ion lebih kompleks. Namun, faktor besar dalam dampak lingkungan dari emisi karbon yang dihasilkan dari distribusi atau transportasi berkaitan erat dengan bobot angkut baterai.

Jadi, meskipun kompleksitas  proses distribusi dan transportasi baterai li-ion lebih berat dibandingkan baterai VRLA, bobot li-ion yang lebih ringan memungkinkan pengangkutan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan VRLA dalam satu waktu.

Secara tidak langsung, hal itu berpengaruh terhadap dampak lingkungan yang dihasilkan dari keduanya.

Pengoperasian

Saat berbicara tentang pengoperasian atau fase penggunaan baterai UPS, pertimbangan lingkungan yang utama adalah terkait aspek pemasangan, penanganan, konsumsi energi dan emisi karbon yang terkait, serta masa pakai baterai.

1. Pemasangan dan penanganan

Penggerak utama perbedaan dampak lingkungan dari kedua jenis baterai selama pemasangan dan penanganan adalah perbedaan berat.

Bobot li-ion yang lebih ringan dan masa pakai baterai li-ion yang lebih lama dengan kebutuhan penggantian baterai yang lebih sedikit atau tidak sama sekali akan dapat menghasilkan dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan VRLA.

2. Konsumsi energi dan emisi karbon

Pertanyaan umum di sini berkaitan dengan emisi karbon dari energi yang dikonsumsi. UPS adalah produk berbasis penggunaan, dengan lebih dari 90 persen emisinya terjadi pada fase ini.

Baca juga: Pabrik Pintar Schneider Electric Kembali Dapat Apresiasi dari Pemerintah Indonesia

Meskipun baterai mewakili persentase kecil dari energi tersebut, baterai li-ion hanya membutuhkan kira-kira setengah dari energi yang dibutuhkan untuk menjaganya tetap terisi daya dibandingkan dengan VRLA sehingga penggunaan baterai li-ion pada UPS akan menghasilkan emisi karbon yang lebih sedikit dibandingkan VRLA.

3. Masa pakai 

Umur li-ion yang lebih lama (biasanya 10+ tahun vs. 3-5 tahun untuk VRLA) adalah faktor utama yang memungkinkan peningkatan efisiensi operasional dan dampak yang lebih rendah terhadap aspek sustainability secara keseluruhan.

Akhir masa pakai

Topik yang paling kontroversial terkait sustainability adalah pengolahan limbah baterai saat habis masa pakainya. VRLA memiliki praktik daur ulang yang matang. Sementara, baterai li-ion belum sematang VRLA karena teknologi dan proses daur ulang yang masih berkembang.

1. Penggunaan sekunder

Baterai li-ion UPS bekas yang memenuhi syarat untuk penggunaan sekunder dapat diaplikasikan untuk kebutuhan industri lain, seperti microgrid dan kendaraan listrik.

Sektor kendaraan listrik yang saat ini tengah bertumbuh berpotensi menyerap baterai li-ion UPS bekas untuk digunakan kembali sehingga memperpanjang masa pakai baterai li-ion.

2. Daur ulang 

Meskipun infrastruktur daur ulang belum matang saat ini, ada tingkat kepercayaan yang tinggi bahwa sistem daur ulang yang terstruktur dan ekonomis akan segera tersedia, mengingat:

  • Nilai logam meningkat, mendorong ekonomi menuju daur ulang.
  • Pasar kendaraan listrik yang tengah bertumbuh akan mendorong investasi dan penelitian mendalam terkait daur ulang.
  • Peraturan yang semakin mendorong kematangan aturan daur ulang.

Perusahaan seperti li-cycle, misalnya, membuat kemajuan yang signifikan untuk industri ini. Proses hidrometalurgi mereka diklaim dapat mendukung semua kimia dan format baterai li-ion, memulihkan lebih dari 95 persen bahan material yang ditemukan dalam baterai li-ion, dan menghindari limbah penimbunan selama proses berlangsung.

Untuk mengetahui temuan white paper “Understanding the Total Sustainability Impact of Li-ion IPS Batteries” selengkapnya, silakan akses laman ini.

Tak Hanya Cerdas, Teknologi Smart Home Bisa Menghindari Rumah dari Kebakaran

Kebakaran rumah akibat korsleting listrik

Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19.

Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang.

Jumlah tersebut melonjak dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal.

Baca juga: Schneider Electric Lakukan 3 Studi Terkait Aksi Sustainability Perusahaan

Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta.

Distribution Business Vice President of Schneider Electric Indonesia M Farhan Lucky menyampaikan bahwa masyarakat perlu melakukan upaya preventif untuk menghindari potensi bencana kebakaran.

Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan teknologi smart home agar masyarakat dapat meningalkan rumah dengan lebih tenang saat berlibur.

Baca juga: Atasi Perubahan Iklim dengan 5 Solusi Keberlanjutan Ini

“Perkembangan teknologi smart home yang berpadu dengan pemanfaatan internet of things (IoT) pada peralatan listrik, perangkat elektronik, dan sistem keamanan rumah memungkinkan pemilik rumah mengontrol seluruh aktivitas perangkat elektronik di rumah,” ujar Farhan.

Alhasil, upaya tersebut dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan tempat tinggal saat penghuni sedang berada di luar.

Baca juga: Pabrik Pintar Schneider Electric Kembali Dapat Apresiasi dari Pemerintah Indonesia

Tidak hanya itu, teknologi smart home juga memungkinkan pemilik rumah mengontrol konsumsi listrik di rumahnya sehingga dapat menghemat biaya listrik. Dari sisi desain, perangkat smart home  saat ini sudah semakin stylish dan modern sehingga juga dapat lebih mempercantik tampilan rumah.

Berikut adalah beberapa teknologi smart home yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat untuk melindungi keamanan dan meningkatkan kenyamanan rumah dengan sistem yang terintegrasi.

1. Wiser Home Control 

Aplikasi smart home dapat memudahkan masyarakat memantau dan mengontrol kondisi rumah saat ditinggalkan dalam waktu lama. Wiser Home Control dari Schneider Electric menjadi salah satu rekomendasi yang mengintegrasikan teknologi kelistrikan, multimedia, dan telekomunikasi pemilik rumah. 

Wiser Home Control memungkinkan Anda untuk memonitor, mengendalikan dan mengakses rumah dari mana saja dan kapan saja menggunakan ponsel pintar, komputer, serta sistem door entry dengan sistem antarmuka (interface) intuitif yang sama. 

2. Sakelar dan stop kontak

Peran sakelar lampu dan stop kontak sangat penting dalam menghubungkan serta memutuskan aliran listrik dengan peralatan listrik. Oleh sebab itu, pastikan sakelar lampu dan stop kontak yang terpasang di rumah memiliki kualitas yang baik dan memiliki fitur-fitur tambahan yang bersifat fungsional.

Sakelar lampu dan stop kontak dari Schneider Electric, misalnya, memiliki spektrum lengkap yang terdiri atas berbagai warna, pola, dan material yang mudah diganti hanya dalam “satu klik”.

Schneider Electric juga melengkapi sakelar dan stop kontak dengan teknologi tinggi seperti LED night indicator, cellphone support, dan USB charger.

3. RCBO terkoneksi

Schneider Electric memiliki solusi residual-current circuit breaker with overcurrent protection (RCBO) Slim Domae yang merupakan kombinasi dari miniature circuit breaker (MCB) dan earth-leakage circuit breaker (ELCB) yang berfungsi memproteksi terjadinya kebocoran arus listrik.

Alat tersebut juga memiliki fungsi lainnya, yaitu mengontrol beban lebih, anti-korsleting, dan anti-setrum. Dari sisi bentuk fisik, RCBO memiliki dimensi ukuran yang sama dengan MCB sehingga dengan mudah dapat diganti tanpa perlu membongkar instalasi listrik di rumah.

4. Sensor okupansi

Penerangan lampu sering kali menjadi indikator bagi para pelaku kejahatan untuk mencari tahu apakah rumah tersebut kosong atau tidak.

Tidak hanya itu, lampu yang terus menerus menyala juga menjadi salah satu pemborosan listrik ketika rumah ditinggalkan.

Dengan sensor okupansi, menyalakan atau meredupkan lampu dapat dilakukan secara otomatis dengan mendeteksi gerakan dalam ruangan.

Baca juga: Solusi Tepercaya EcoStruxure Building Schneider Electric Dapat Akreditasi WiredScore

Dengan penggunaan sensor okupansi, Anda juga tidak perlu lagi meninggalkan rumah dengan kondisi lampu menyala sehingga menghemat biaya listrik selama berlibur.

Adapun rekomendasi sensor okupansi yang diproduksi Schneider Electric di antaranya adalah NEO, ZENcelo, dan Argus.

 “Solusi dan produk cerdas kini telah banyak tersedia untuk masyarakat manfaatkan. Dengan beragam pilihan yang dapat disesuaikan sesuai kebutuhan, masyarakat tak perlu khawatir lagi meninggalkan rumah saat berlibur,” kata Farhan.

Atasi Perubahan Iklim dengan 5 Solusi Keberlanjutan Ini

Perubahan iklim bisa diatasi dengan solusi berkelanjutan

Mengurangi emisi gas rumah kaca di lahan basah, serta konservasi, restorasi, dan peningkatan praktik pengelolaan lahan guna meningkatkan penyimpanan karbon merupakan beberapa contoh solusi mengatasi perubahan iklim secara natural atau alami.

Solusi tersebut bisa digunakan untuk memerangi perubahan iklim. Bisa pula dikombinasikan dengan pengembangan energi bersih dan inisiatif lain untuk mendekarbonisasi ekonomi global.

Baca juga: Pabrik Pintar Schneider Electric Kembali Dapat Apresiasi dari Pemerintah Indonesia

Sebagai informasi, saat ini hampir 25 persen emisi gas rumah kaca dunia berasal dari sektor kehutanan, dan pertanian. Inilah pentingnya pengelolaan penggunaan lahan untuk memerangi perubahan iklim.

Selain itu, emisi karbon juga dihasilkan dari sektor industri lainnya, seperti rumah tangga, transportasi, dan pengelolaan makanan. Berikut adalah beberapa solusi yang bisa kamu lakukan untuk memerangi perubahan iklim.

1. Mendaur ulang

TPA mengeluarkan karbon dioksida selain merusak bagian alam lingkungan. Memanfaatkan program daur ulang membantu mencegah pembuangan produk yang dapat digunakan kembali dan menurunkan permintaan bahan baku.

2. Pilah-pilih konsumsi

Perilaku pembelian konsumen berdampak pada keberlanjutan dan perubahan iklim. Pembelian dari bisnis yang memproduksi produk yang tidak berkelanjutan dalam jumlah besar, misalnya, dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.

Tak hanya itu, aksi tersebut juga bisa melemahkan keberlanjutan sosial dan meningkatkan limbah. Sebisa mungkin, kurangi dampak terhadap lingkungan dan iklim dengan melakukan pembelian dari bisnis yang sumber bahannya berkelanjutan atau menggunakan bahan daur ulang.

3. Mengurangi sampah

Sampah adalah masalah utama bagi keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, mulailah mengurangi penggunaan plastik jika tidak begitu diperlukan. Dalam hal berbelanja, misalnya.

Sudah banyak pusat perbelanjaan yang tidak lagi memberikan plastik. Sebagai solusi, masyarakat bisa menggunakan kantung belanja berbahan dasar kain atau canvas yang lebih ramah lingkungan dan bisa digunakan beberapa kali.

4. Pilihan transportasi

Kendaraan pribadi berpontensi lebih banyak mengeluarkan polusi udara. Sebab, masih banyak kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil. Sebagai solusi untuk mengatasi hal ini, kamu bisa beralih ke transportasi publik untuk mengurangi volume kendaraan di jalan raya.

Selain itu, solusi lainnya adalah menggunakan kendaraan berbahan bakar listrik atau mobil listrik. Saat ini sudah banyak jenis mobil listrik dengan model yang beragam dan harga yang kompetitif.

5. Pilihan diet

Peternakan dan pertanian menjadi beberapa sektor penyumbang terbesar perubahan iklim. Dengan memilih produk nabati atau bebas susu, konsumen dapat mengurangi dampak sektor makanan terhadap lingkungan. Sebab, peternakan sapi menghasilkan gas metana paling banyak, itu memiliki dampak terbesar pada iklim.

Pabrik Pintar Schneider Electric Kembali Dapat Apresiasi dari Pemerintah Indonesia

Schneider Electric bantu penguatan industri manufaktur Indonesia

Atas komitmen dan konsistensinya dalam mendukung penguatan industri manufaktur dalam negeri melalui peningkatan komponen lokal dan standardisasi nasional, Schneider Electric mendapat sejumlah apresiasi.

Terdapat 5 penghargaan sekaligus yang diperoleh Schneider Electric, yakni Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Award dari PT PLN (Persero) untuk produk Panel Hubung Bagi Tegangan Menengah Air Insulated Switchgear (PHBTM AIS), serta 4 penghargaan SNI Award untuk penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) di keempat pabriknya yang berlokasi di Cikarang dan Batam.

Tidak hanya itu, Schneider Electric juga mendapatkan Sertifikasi TKDN dari Kementerian Perindustrian untuk produk panel Air-Insulated modular switchboard atau dikenal dengan SM6.

Baca juga: Cara Schneider Electric Menuju Masa Depan Lebih Sustainable

Country President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, sebagai perusahaan global yang hampir menginjak usia 50 tahun di Indonesia, Schneider Electric terus mendukung pemerintah dalam pengembangan industri dalam negeri.

“Komitmen tersebut tercermin melalui penyediaan produk-produk terbaik, transfer keahlian dan teknologi, serta pemenuhan ketentuan yang ditetapkan pemerintah dan lembaga terkait. Dalam hal ini mencakup pemenuhan TKDN dan SNI,” kata Roberto.

Ke depannya, tambah Robertto, Schneider Electric akan terus meningkatkan pemenuhan TKDN di lini produk lain yang diproduksi di Indonesia.

Baca juga: Solusi Tepercaya EcoStruxure Building Schneider Electric Dapat Akreditasi WiredScore

“Salah satunya adalah sertifikasi TKDN untuk produk terbaru kami, SM AirSet – inovasi switchgear berinsulasi udara modular tanpa menggunakan gas SF6,” jelasnya.

Hadirnya solusi tersebut di pasar Indonesia merupakan bagian dari inisiatif #GREENHEROESForLife dari Schneider Electric dalam rangka mendukung upaya pemerintah menekan emisi karbon dan mencapai target emisi nol bersih pada 2060.

Komitmen dalam penguatan TKDN

Penghargaan TKDN Award diberikan kepada Schneider Electric atas komitmen perusahaan dalam meningkatkan komposisi komponen dalam negeri dalam produk PHBTM AIS.

Adapun lebih dari 35 persen komponen produk panel listrik ini diproduksi secara langsung di Pabrik Schneider Electric Cikarang, melampaui batas minimum 25 persen yang disyaratkan pemerintah.

Baca juga: Schneider Electric Lakukan 3 Studi Terkait Aksi Sustainability Perusahaan

Sebagai informasi, produk panel listrik yang terdiri dari rangkaian medium voltage secondary switchgear dan medium voltage primary switchgear tersebut dipasarkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, tetapi juga diekspor ke negara-negara di Asia Timur dan Jepang.

Selain memperoleh penghargaan TKDN Award, Schneider Electric baru-baru ini juga memperoleh Sertifikasi TKDN dari Kementerian Perindustrian untuk produk modular switchboard SM6 tipe LBS, LBS Fuse, dan Circuit Breaker.

Berperan aktif dalam pengembangan SNI

Dalam hal pengembangan standar nasional, Schneider Electric turut berperan aktif baik dalam pengembangan SNI dan berpartisipasi aktif sebagai delegasi Indonesia dalam perumusan standar di tingkat internasional.

Schneider Electric meraih 4 Penghargaan SNI Award, yaitu untuk unit Pabrik Cikarang, Pabrik Batam PEM, Pabrik Batam PEL, dan Pabrik Batam Sensor. Ini menjadi pembuktian atas upaya Schneider Electric dalam memastikan penerapan standar kualitas yang mengacu pada standar internasional dan SNI.

Sejak 2018, pabrik Schneider Electric di Batam juga ditetapkan sebagai National Lighthouse Indonesia dan Global Lighthouse Network dari World Economic Forum dalam penerapan industri 4.0 di mana penerapan digitalisasi dan automasi di pabrik Batam menjadi tolok ukur bagi pelaku industri di Indonesia dan global.

Baca juga: Mewujudkan Sektor Kelistrikan yang Berkelanjutan

Sementara itu, Pabrik Schneider Electric Cikarang juga menjadi percontohan dalam praktik sustainability melalui penerapan sumber energi terbarukan berbasis tenaga surya dan green supply chain.

“Penghargaan ini akan semakin memberikan jaminan kepada para pemangku kepentingan di Indonesia bahwa produk-produk yang diproduksi oleh pabrikan Schneider Electric di Indonesia tidak hanya memiliki inovasi  yang tinggi dalam teknologi, juga memiliki kualitas, keamanan, dan keandalan yang tepercaya,” kata Roberto.

Solusi Tepercaya EcoStruxure Building Schneider Electric Dapat Akreditasi WiredScore

Smart building dari Schneider Electric

Pengelola bangunan di era digital membutuhkan manajemen energi untuk mewujudkan operasional yang lebih efisien dan mendorong pengurangan penggunaan emisi karbon dalam skala besar.

Inilah pentingnya solusi bangunan pintar atau smart building. Dalam skala yang lebih luas, bangunan yang dikelola secara digital juga bisa mendapatkan analitik data secara real-time.

Data tersebut memungkinkan pembuat keputusan atau pengelola gedung membuat pilihan berdasarkan informasi yang akurat guna meningkatkan keberlanjutan, efisiensi, dan ketahanan bangunan, sekaligus memberikan pengalaman yang lebih baik bagi penghuni.

Baca juga: Gerakan #GREENHEROESForLife dari Schneider Electric, Bentuk Nyata Realisasi Aksi Sustainability

Namun, saat ini masih terdapat kesenjangan tentang bagaimana industri real estate dapat mengintegrasikan data dan solusi digital untuk mencapai target sustainability dan menciptakan smart building yang terhubung.

Pada dasarnya, saat ini telah banyak tersedia solusi pengelolaan smart building. Salah satunya adalah EcoStruxure Building yang dimiliki oleh Schneider Electric.

Pada EcoStruxure Building, Schneider Electric memiliki teknologi connected room solution yang terhubung dengan internet of things (IoT) dan big data.

Baca juga: Schneider Electric Lakukan 3 Studi Terkait Aksi Sustainability Perusahaan

Pengelolaan bangunan secara real-time tersebut membuat pengelolaan energi menjadi lebih efisien dan pada ujungnya bisa menghemat biaya operasional.

Kabar baiknya, EcoStruxure Building milik Schneider Electric juga mendapatkan akreditasi dari lembaga sertifikasi konektivitas digital global, WiredScore, dengan kategori “Solusi Terakreditasi”.

Akreditasi tersebut memungkinkan Schneider Electric dapat menyelaraskan teknologinya dengan panduan sertifikasi global SmartScore untuk mendukung perusahaan atau bisnis di berbagai sektor industri memenuhi standar bangunan pintar modern mereka.

Baca juga: Mewujudkan Sektor Kelistrikan yang Berkelanjutan

VP of Digital Energy at Schneider Electric Kas Mohammed mengatakan, akreditasi WiredScore menjadi upaya berkelanjutan Schneider Electric dalam menghadirkan solusi digital cerdas yang memungkinkan bisnis menciptakan bangunan cerdas, hijau, dan sehat.

“Kami bersemangat memulai perjalanan dengan WiredScore dan menjadikan EcoStruxure. Inisiatif ini merupakan langkah maju dalam membantu klien kami memahami nilai manfaat yang dapat diberikan oleh investasi mereka dalam teknologi digital,” kata Kas dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Jumat (25/11/2022).

Kemitraan dan berbagi pengetahuan, lanjutnya, memiliki peran penting untuk mencapai tujuan sustainability.

Baca juga: Berdayakan Ekosistem Mitra, Cara Schneider Electric Menuju Masa Depan Lebih Sustainable

Founder & CEO WiredScore Arie Barendrecht mengamini pernyataan tersebut. Pihaknya kini merasa bersemangat untuk membangun jembatan antara real estate dan teknologi.

“Sejak meluncurkan SmartScore–sertifikasi gedung pintar kami–pada 2021, kami menyadari bahwa 'pintar' selalu menjadi subjek yang tidak jelas untuk industri real estate. Banyak yang terus mencari panduan tentang cara mengimplementasikan gedung pintar, penyedia solusi apa yang dapat digunakan, dan bahkan apa arti 'pintar' itu sendiri. Kami yakin bahwa penawaran Solusi Terakreditasi kami akan membantu pelaku industri menemuka cara sukses mewujudkan gedung pintar,” jelas Arie.