Sebelum Waktu Habis, 3 Tindakan untuk Atasi Perubahan Iklim

cara mengatasi perubahan iklim

Kian hari, perubahan iklim yang terjadi di bumi tercinta semakin mengkhawatirkan. Beberapa fenomena buruk pun terjadi, es di kutub terus mencair, hujan di musim kemarau, udara panas di musim hujan, dan lain sebagainya menunjukkan dampak pemanasan global.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa emisi global perlu dikurangi sebanyak 30-50 persen pada 2030. Hal ini harus diperjuangkan untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat.

Baca juga: Lagi dan Lagi, Schneider Electric Dapat Penghargaan Istimewa Tahun 2021

Dengan kata lain, semua negara dan industri harus serius membuat kemajuan substansial menjelang 2030. Riset terbaru yang dilakukan oleh Schneider Electric menunjukkan bahwa diperlukan pengurangan emisi 3-5 kali agar kita berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target pembatasan kenaikan suhu. Untungnya, masih ada waktu untuk mencapai tujuan ini dengan beberapa solusi.

Analisis Schneider Electric menunjukkan bahwa wilayah Amerika Utara, Eropa, Cina, dan negara-negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Asia menyumbang 70 persen dari emisi karbondioksida global.

Baca juga: Tingkatkan Kualifikasi System Integrator, Schneider Electric Adakan Pelatihan Industrial Edge Computing

Elektrifikasi, digitalisasi, dan renovasi untuk meningkatkan efisiensi energi diprediksi akan menjadi solusi mutakhir untuk mengurangi emisi. Ambil contoh bangunan. Adopsi teknologi listrik dan digital secara luas, seperti pompa panas dan sistem manajemen energi digital, dapat mengurangi penggunaan energi gedung hingga 40 persen.

Pada dasarnya, ada tiga tindakan utama yang harus dilakukan oleh semua negara untuk mendukung target tersebut.

1. Modernisasi kerangka kebijakan untuk memfasilitasi tujuan dekarbonisasi

Kerangka kerja legislatif saat ini secara diam-diam mempromosikan penggunaan produk atau sumber bahan bakar yang kurang ramah lingkungan. Misalnya, di Uni Eropa, tarif pajak untuk penggunaan listrik rata-rata empat kali lebih tinggi daripada penggunaan gas dengan jumlah sama.

Kerangka kerja umum harus diadopsi untuk menyalurkan investasi, memantau kemajuan, serta menghargai pengadopsian produk dan praktik yang lebih ramah lingkungan.

2. Fokus menangani sektor industri tertentu

Dalam wacana global, banyak perhatian diberikan pada kebutuhan untuk mengurangi emisi yang timbul dari sektor-sektor yang sulit diatasi, seperti industri berat dan pelayaran jarak jauh.

Meskipun memajukan solusi di industri tersebut akan punya dampak besar dalam mencapai zero emission pada 2050, belum banyak solusi yang dapat diterapkan dalam skala besar. Oleh karena itu, negara harus fokus menangani industri lain yang lebih mudah dan memiliki dampak lebih besar pada peningkatan penyerapan teknologi hijau yang telah dikembangkan.

3. Bisnis punya peran besar untuk dimainkan

Pengembangan rantai nilai yang efektif dan efisien menjadi kunci untuk memastikan bahwa teknologi terbarukan membawa dampak positif yang signifikan. Untuk memfasilitasi ini, perusahaan harus mempercepat ambisi lingkungan mereka menjelang 2030 dan mendukung usaha kecil menengah (UKM) dalam rantai pasokan mereka. Tujuannya sudah jelas, yakni mengurangi emisi yang dihasilkan UKM dalam skala besar.

Tantangan yang kita hadapi saat ini sampai 2030 sangat besar. Namun, solusi untuk mengatasinya sudah ada. Langkah yang tersisa adalah kapan dan bagaimana kita bertindak. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap tentang pemodelan perubahan iklim 2030 dari Schneider Electric, klik di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar