Selama masa new normal, energi yang digunakan di rumah semakin banyak digunakan. Pasalnya, kebijakan work from home (WFH) yang diterapkan sejak awal April 2020 membuat kita melakukan semua aktivitas dari rumah.
Jadinya, biaya listrik pun membludak. Selain
pengeluaran tagihan listrik yang semakin banyak, penggunaan energi di rumah yang
berlebihan ternyata bisa menimbulkan dampak negatif terhadap iklim.
Menurut website Schneider Electric, rumah menghasilkan sekitar sepertiga dari emisi karbondioksida global pada 2019. Penggunaan listrik perumahan juga akan meningkat dua kali lipat pada 2050 mendatang. Ini akan menjadi segmen konsumsi energi terbesar pada 2050, mewakili 36 persen penggunaan listrik global.
Oleh karena itu, Andaharus bergerak untuk menghindari
kerusakan iklim akibat karbon yang dihasilkan dari rumah. Caranya bagaimana?
Simak ulasan berikut.
1. Diet energi
Tahukah bahwa lebih dari setengah energi yang Anda
gunakan di rumah adalah pendingin udara atau AC? Bagian ini memakan hampir 51
persen porsi pemakaian energi di rumah.
Untuk melakukan penghematan atau diet energi, ada baiknya Anda menggunakan alat elektronik yang memiliki efisiensi tinggi. Dengan penggunaan elektronik hemat energi, tagihan listrik bulanan bisa berkurang drastis.
Pada 2025, sebanyak 20 persen hunian tempat tinggal di seluruh dunia akan menjadi smart home. Smart home di sini berarti rumah pintar yang dapat mengendalikan penggunaan listrik di rumah dengan smartphone dan bisa dari kejauhan.
Salah satu teknologi yang bisa Anda gunakan adalah WISER (wireless smart home system) dari Schneider Electric.
Baca juga: Catat, Ini 3 Aktivitas Di Rumah Untuk Usir Bosan Saat Pandemi
Canggihnya, produk ini bisa menyediakan data real time dan memungkinkan pemilik rumah memiliki kontrol jarak jauh terhadap pemakaian alat elektronik di rumahnya. Sistem ini juga dapat secara otomatis mengontrol pencahayaan di rumah menggunakan sensor inframerah.
Dengan demikian, lampu akan otomatis mati ketika tidak ada aktivitas di dalam rumah. Sistem ini pun mampu beradaptasi terhadap lingkungan secara otomatis. Misalnya, suhu dan pencahayaan di dalam rumah dapat disesuaikan dengan kebiasaan penghuni sehingga pemakaian daya listrik bisa lebih efisien.
3. Memasang solar
panel
Penggunaan panel surya bukan hanya dapat mengurangi biaya
listrik harian, tapi juga dapat mengurangi emisi karbon. Saat ini, diperkirakan
biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan panel surya berkisar sekitar Rp 14 juta
untuk kapasitas 1 KWp.
Meski terbilang cukup mahal, penggunaan panel surya dapat
dianggap sebagai investasi jangka panjang karena dapat menghemat beban biaya
listrik sekitar 30 persen. Panel surya juga relatif mudah untuk dipasang,
karena hanya membutuhkan ruang kecil di atap rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar