Schneider Go Green Asah Inovasi Generasi Muda di Bidang Energi Berkelanjutan dan Digital

Schneider Go Green 2022

Teknologi digital untuk mendukung terwujudnya energi berkelanjutan telah berkembang secara pesat. Oleh karena itu, generasi muda sebagai penerus bangsa harus selalu lincah (agile) dan adaptif terhadap kemajuan dan perubahan.

Kreativitas dalam menciptakan ide-ide yang inovatif juga penting dimiliki oleh generasi muda agar potensi teknologi dapat dimaksimalkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan masyarakat.

Generasi muda juga perlu memiliki kemampuan soft skill, seperti problem solving, team worker, self-management, serta kemampuan berkomunikasi untuk menjadi talenta muda masa depan yang berdaya saing, kreatif dan inovatif.

Baca juga: Universitas Sriwijaya Terima Solar Inverter dari Schneider Electric

Para talenta muda pun membutuhkan ruang kolaboratif untuk mengasah keterampilan yang berimbang antara aspek teknis (hard skill) dan non-teknis (soft skill). Hal inilah yang menjadi perhatian Schneider Electric.

Perusahaan yang bergerak di bidang energi dan automasi tersebut pun terus mengadakan program Schneider Go Green sejak 2010. Schneider Go Green merupakan salah satu program pengembangan bakat dan mentoring.

Program tersebut menjadi ajang kompetisi global untuk memfasilitasi generasi muda mencari solusi dalam pengelolaan energi dan automasi industri yang berdampak positif terhadap lingkungan.

Baca juga: Japandi, Gabungan Gaya Interior Jepang dan Skandinavia

Pada Schneider Go Green 2022, terdapat lima kategori yang dikompetisikan, yakni Access to Energy, Homes of the Future, Plants of the Future, Grids of the Future, dan kategori terbaru De[coding] the Future.

Pada gelaran tahun ini, terdapat lebih dari 250 ide terkumpul. Hal ini menjadikan Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara dengan peserta terbanyak dari 10 negara yang berpartisipasi.Pada gelaran tahun ini, Indonesia Schneider Go Green berkesempatan menghadirkan dewan juri dari berbagai bidang, di antaranya Cluster President Schneider Electric Indonesia and Timor Leste Roberto Rossi, Plant Director Schneider Electric Indonesia Joko Sutopo, dan Sondang sendiri.

Kemudian, Schneider Electric juga mengundang dewan juri dari pihak eksternal, yaitu Direktur Bioenergi di Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misna dan CCO Ecoxzytem Andreas Pandu Wirawan.

Baca juga: 3 Manfaat Penggunaan Jaringan Microgrid pada Bangunan

Para dewan juri pun mengapresiasi acara Schneider Go Green 2022 sebagai media untuk menuangkan ide cemerlang, inovasi, dan kreativitas para generasi muda dalam mendorong pengembangan EBT. Peserta juga diajak untuk mengasah empati dan analytic thinking untuk melihat berbagai permasalahan yang ada di Indonesia.

Dari semua peserta yang telah berkompetisi, tim SmartFOCS yang terdiri dari Yusiran, Herviyandi Herizal, dan Sagaria Arinal Haq dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi pemenang Indonesia Schneider Go Green 2022. Selanjutnya, tim SmartFOCS akan mewakili Indonesia berkompetisi di tingkat regional pada 27 April 2022.

Adapun tim SmartFOCS mengusung ide pengembangan Smart Floating Ocean Current dan Solar Hybrid Generation Power System (SmartFOCSPower) untuk membantu masyarakat pesisir yang membutuhkan listrik dengan energi baru terbarukan (EBT).

Baca juga: Apa Itu Sustainable and Smart Living di Era Digital?

SmartFOCS Power merupakan teknologi hybrid yang mengintegrasikan pembangkit listrik fotovoltaik terapung dan turbin arus laut untuk menghasilkan energi.

Energi tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di pulau-pulau kecil yang sulit diakses oleh pembangkit listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Hadirnya SmartFOCS Power dapat membantu masyarakat pesisir meningkatkan perekonomian dengan membuka peluang bisnis, seperti pabrik es dan bisnis perkapalan. Mereka juga tidak perlu khawatir terhadap kerusakan lingkungan karena salah satu nilai dari SmartFOCS Power adalah eco-friendly sehingga aman bagi lingkungan.

Tantangan dan hambatan

Meskipun begitu, tim SmartFOCS juga menghadapi tantangan dan hambatan yang tidak mudah. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah pada proses implementasi.

Pada proses tersebut, ada tahapan technology selection, yakni memilih komponen yang tepat untuk produk. Terkadang, komponen yang kami butuhkan tidak ada di Indonesia. Jadi, kami harus mengimpor sejumlah komponen.

Baca juga: Schneider Living Space Hadir untuk Edukasi Masyarakat Konsep Hunian Smart Living

Kemudian, ada pula tahapan site selection. Pada tahapan ini, mereka tidak bisa sembarangan memilih lokasi untuk uji coba alat. Selain itu, tim SmartFOCS juga perlu membuat guidebook atau video tutorial untuk masyarakat sekitar agar mereka dapat mengoperasikan alat secara mandiri.

Meskipun demikian, kami melihat masalah tersebut bisa menjadi celah untuk kami bisa terus berinovasi. Salah satunya dengan memproduksi beberapa komponen di dalam negeri pada masa mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar